PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI UBIKAYU KECAMATAN PENGADEGAN PURBALINGGA GUNA MENCAPAI MASYARAKAT EKONOMI MANDIRI

  • Hidayah Dwiyanti Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto
  • Retno Setyani Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto
  • Gunawan Wijonarko Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto

Abstract

Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga merupakan daerah penghasil ubikayu yang potensial dengan luas tanam mencapai 370 ha dan rata-rata produksi mencapai 24 ton per ha.  Kelompok Wanita Tani (KWT) Kenanga di desa Pengadegan dan KWT RAhayu di desa Tetel adalah kelompok yang aktif melakukan usaha budidaya ubikayu.  Sebagian besar hasil ubikayu dijual ke pabrik tapioka dengan harga jual yang sangat rendah yaitu sekitar Rp 500,-/kg., Kedua KWT tersebut telah mencoba mengolah ubikayu menjadi beberapa produk olahan seperti keripik, manggleng dan tepung mocaf sebagai upaya meningkatan pendapatan.  Namun demikian mutu produk yang dihasilkan rendah dan masih perlu perbaikan mutu produk dan proses produksi.  Saat ini keripik dan manggleng yang dihasilkan kurang renyah, cita rasa kurang enak, bentuk kemasan sederhana dan belum memenuhi standar. Tepung mocaf yang dihasilkan masih belum memenuhi standar mutu yaitu warna kusam dan berbau apak.  Kapasitas produksi juga masih rendah karena tidak didukung peralatan yang memadai. Untuk meningkatkan nilai guna ubikayu,  perlu diversifikasi olahan ubikayu antara lain: wingko ubikayu, rempeyek mocaf, rengginang, dan kue berbasis tepung ubi kayu, serta teknik pengemasan dan labelling yang memadai untuk memperpanjang umur simpan serta daya tarik produk.  Tujuan dan target khusus yang ingin dicapai adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kelompok mitra dalam mengolah dan memproduksi produk olahan ubikayu dengan mutu yang baik, cara pengemasan dan labeling yang sesuai standar guna meningkatkan penjualan dan daya saing produk, serta penyusunan prosedur operasi standar (SOP) untuk penjaminan mutu produk berupa bagan alir bahan baku dan proses produksi.  Metode yang digunakan dalam mencapai tujuan tersebut adalah melalui: 1) penyuluhan tentang cara memproduksi produk berbasis ubikayu dengan kualitas yang baik dan awet, pengemasan dan labeling serta manajemen wira usaha mikro terpadu; 2) praktik pembuatan berbagai olahan ubikayu seperti mie dan rengginang ubikayu, perbaikan dalam pengolahan seriping, tepung mocaf dan manggleng.  Juga pembuatan spesifikasi produk , pengenalan penggunaan alat perajang ubikayu dan pencetak mie; 3) pendampingan dalam produksi produk berbasis ubikayu skala usaha mikro selama 5 bulan dan dalam pengajuan perijinan usaha industri rumah tangga (P-IRT). 

Kegiatan diawali dengan FGD dengan kelompok wanita tani target untuk memantapkan rencana kegiatan dan menggali permasalah yang dihadapi.  Hasil kegiatan menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pre-test dan post-test menunjukkan terjadinya peningkatan dalam hal pengetahuan tentang pengolahan produk berbasis ubikayu.  Beberapa jenis olahan ubikayu yang baru antara lain wingko, kue kering dan horn ubi kayu, serta rempeyek mocaf. Selain itu juga telah terjadi peningkatan mutu tepung ubi kayu yang dihasilkan, yaitu menjadi lebih putih dan mempunyai flavour enak dengan aroma pandan.  Adanya bantuan berupa kompor dengan tingkat perapian besar dan high pressure serta alat penggoreng dengan kapasitas besar telah mampu meningkatkan kapasitas produksi dan waktu proses yang lebih singkat. Kelompok sudah mulai memasarkan produk secara online sehingga memperluas jangkauan pemasarannya.  Setelah ada kegiatan, terjadi peningkatan omset penjualan produk mencapai 62,74%. Untuk meningkatkan kemampuan kelompok dalam hal disain label kemasan, telah diberikan tutorial tentang aplikasi coreldraw pada anggota kelompok yang mempunyai kemampuan IT yang memadai

Published
2019-08-02
Section
Articles